Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search
Journal : Jurnal Rekayasa Lingkungan

KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN ABIOTIK SEBAGAI TITIK AWAL ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN MARINA BELITUNG Wibowo, Mardi
Jurnal Rekayasa Lingkungan Vol 10, No 2 (2017): Jurnal Rekayasa Lingkungan
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (906.368 KB)

Abstract

Kabupaten Belitung merupakan bagian dari wilayah provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang memiliki objek wisata utama berupa wisata bahari. Kabupaten Belitung telah ditetapkan sebagai salah satu Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) sesuai dengan PP Nomor: 50 Tahun 2011 tentang RIPPARNAS dan ditetapkan sebagai salah satu titik labuh kapal wisata (yacht) dari 18 Pelabuhan di seluruh Indonesia. Oleh karena itu saat ini Pemerintah Kabupaten Belitung merencanakan akan membangun kawasan marina di sekitar Pantai Tanjungpendam. Pembangunan kawasan marina akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan baik positif maupun negatif. Sebagai dasar untuk menganalisis dampak lingkungan suatu kegiatan pembangunan diperlukan kajian rona lingkungan awal di sekitar lokasi rencana pembangunan. Salah satu komponen lingkungan adalah lingkungan abiotik yang meliputi lingkungan geofisik dan kimia seperti kondisi geologi, hidrologi, hidro-oseanografi, iklim, kondisi udara dan lain sebagainya. Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah kompilasi data sekunder, survei lapangan dan analisis data berdasarkan baku mutu lingkungan. Tujuan kajian ini adalah mengetahui rona lingkungan awal aspek biotik sebagai dasar dalam memperkirakan kemungkinan dampak lingkungan yang terjadi serta mengetahui daya dukung lingkungan untuk pengembangan kawasan marina. Berdasarkan hasil kajian ini kondisi lingkungan abiotic (kualitas udara, kualitas air laut, kualitas air sungai) secara umum memenuhi baku mutu lingkungan yang berlaku. Kondisi hidrooseanografi dan daya dukung geologi (struktur geologi, geologi teknik, geomorfologi) sangat mendukung untuk dibangun kawasan marina Belitung. Kata kunci : abiotik, hidro-oseanografi, kawasan marina, baku mutu lingkungan
STRATEGI MITIGASI UNTUK MENGATASI PENYAKIT AKIBAT SANITASI LINGKUNGAN YANG BURUK : PARADIGMA BARU MITIGASI BENCANA Wibowo, Mardi
Jurnal Rekayasa Lingkungan Vol 6, No 3: Jurnal Rekayasa Lingkungan
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (112.531 KB)

Abstract

Indonesia’s disaster potential is very high and varied. Natural conditions, population and cultural diversity in Indonesia cause in increased risks due to natural disasters, man-made disasters and emergencies to be complex, on the other side Indonesia is rich in natural resources. Disaster relief should be directed from pre-disaster phase, during emergency response and post disaster. The initial phase of this effort is the need for understanding of all stakeholders (mainly institutions) about the development of the concept and paradigm change mitigation. By knowing the concept and development of this paradigm is expected that all stakeholders can do things from the smallest to the larger and synergies will occur from all stakeholders to minimize the impact of a disaster. From ancient times until now the concept of a paradigm in disaster management shift very rapidly starting from the conventional to the holistic paradigm. In general, the development paradigm is the conventional paradigm (relief & emergency), mitigation paradigm, development paradigm and paradigm of risk reduction. Paradigm that is now growing and effective enough to minimize the risk mitigation is the analogy of mitigation for diseases caused by poor environmental sanitation. The analogy with disease problems mentioned above, there are disasters which can now be viewed in the same perspective, where the current disaster is something that is not predictable and it is destiny or part of the risks of everyday life. The concentration of people and higher population levels worldwide would increase the risk of disasters and multiply the consequences of natural hazards as dangers that arise. However, based on science “of epidemiology disaster” actually most of these disasters can be prevented or at least many ways to reduce the impact of a disaster (mitigation actions). Like the war against disease, warfare should be fought against disaster by any person jointly and involve society as well as changes in social behavior as well as improvements in individual practices.Keywords : mitigation, disease, environmental sanitation, disaster
KAJIAN KARAKTERISTIK PERAIRAN TELUK SEMARANG UNTUK MENDUKUNG RENCANA PEMBANGUNAN DAM LEPAS PANTAI Wibowo, Mardi
Jurnal Rekayasa Lingkungan Vol 11, No 1 (2018): Jurnal Rekayasa Lingkungan
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2778.481 KB)

Abstract

aat ini pesisir Teluk Semarang mengalami berbagai permasalahan yang sangat kompleks. Permasalahan tersebut adalah rob dan banjir, penurunan muka tanah, dan abrasi pantai. Untuk mengatasi permasalahan tersebut telah banyak konsep diusulkan dan yang paling mengemuka adalah konsep dam lepas pantai dan sabuk/ tanggul pantai sepanjang garis pantai. Untuk merencanakan pembangunan dam lepas pantai ataupun sabuk/ tanggul laut diperlukan data dan informasi terkait kondisi dan karakteristik perairan laut padahal data dan informasi terkait hal tersebut masih sangat terbatas. Oleh karena itu diperlukan survei dan kajian kondisi karaktersitik perairan laut di Teluk Semarang. Metodologi kajian ini adalah dengan mempelajari data hasil penelitian terdahulu, melakukan survey lapangan dan pengambilan sampel sedimen dasar dan sedimen layang serta melakukan analisis di laboratorium. Berdasarkan hasil kajian ini diketahui bahwa kualitas air laut di Semarang secara umum memenuhi baku mutu untuk kegiatan pembangunan pelabuhan, sedangkan untuk kegiatan wisata terdapat beberapa parameter yang melebihi baku mutu terutama yangberada di dekat muara sungai. Kondisi hidro-oseanografi perairan laut di Semarang adalah kecepatan arus kurang 50 cm/dt dengan arah dominan ke barat dan barat daya, kedalaman kawasan kajian mencapai -17 m, tipe pasang surut campuran dominan ke harian ganda. Konsentrasi sedimen melayang di peraiaran laut lepas berkisar 0,028 – 0,063 gr/l dan di sekitar muara berkisar antara 0,036 – 0,079 gr/l. Sedimen dasar tergolong pasir halus dengan d50 berkisar antara 0,1 – 0,23 mm.kata kunci : dam lepas pantai, kualitas air laut, hidrooseanografi
STRATEGI PENGEMBANGAN PULAU GEBE PASCA PENAMBANGAN NIKEL YANG BERKELANJUTAN Wibowo, Mardi
Jurnal Rekayasa Lingkungan Vol 5, No 3: Jurnal Rekayasa Lingkungan
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (151.663 KB)

Abstract

Since 1977 until 2005, PT. ANTAM has been exploited nickel ore resources at Gebe Island – Center of Halmahera District – North Maluku Province. Mining activity not only gives economically advantages, but also causes degradation of environment quality especially land quality. Therefore, it needs evaluation activity for land quality changing at Gebe Island after the mining activity (postmining). For handling Gebe Island after mining activity needs identification of the problems, potential and obstacles as the basic for arranging development strategy of Gebe Island. This research used Focused Group Discussion (FGD) method, desk study and field survey. Base on this research the important think has to be done, are : (a) to make or open new market at surround Gebe Island; (b) development Gebe Island has be base on locally resources and export oriented; (c ) needinvestor as prime mover in Gebe Island; (d) optimize of PT ANTAM’s asset; (e) increase institution coordination and program integration.Key words : sustainable development, post mining
EVALUASI PERUBAHAN KUALITAS TANAH PADA LAHAN BEKAS PENAMBANGAN NIKEL DI PULAU GEBE Wibowo, Mardi
Jurnal Rekayasa Lingkungan Vol 4, No 1: Jurnal Rekayasa Lingkungan
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (817.771 KB)

Abstract

Since year 1977 until 2005, PT. ANTAM has been exploited nickel ore resources at Gebe Island – Center ofHalmahera District – North Maluku Province. Mining activity, beside give economically advantages also causedegradation of environment quality espicially land quality. Therefore, it need evaluation activity for change ofland quality at Gebe Island after mining activity.From chemical rehabilitation aspect, post mining land and rehabilitation land indacate very lack and lackfertility (base saturated 45,87 – 99,6%; cation exchange capacity 9,43 – 12,43%; Organic Carbon 1,12 –2,31%). From availability of nutrirnt element aspect, post mining land and rehabilitation land indicate verylack and lack fertility (nitrogen 0,1 – 1,19%). Base on that data, it can be concluded that land reclamationactivity not yet achieve standart condition of chemical land.Key words : land quality, post mining lan
STRATEGI PENGEMBANGAN PULAU GEBE PASCA PENAMBANGAN NIKEL YANG BERKELANJUTAN Wibowo, Mardi
Jurnal Rekayasa Lingkungan Vol 5, No 3: Jurnal Rekayasa Lingkungan
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (151.663 KB)

Abstract

Since 1977 until 2005, PT. ANTAM has been exploited nickel ore resources at Gebe Island ? Center of Halmahera District ? North Maluku Province. Mining activity not only gives economically advantages, but also causes degradation of environment quality especially land quality. Therefore, it needs evaluation activity for land quality changing at Gebe Island after the mining activity (postmining). For handling Gebe Island after mining activity needs identification of the problems, potential and obstacles as the basic for arranging development strategy of Gebe Island. This research used Focused Group Discussion (FGD) method, desk study and field survey. Base on this research the important think has to be done, are : (a) to make or open new market at surround Gebe Island; (b) development Gebe Island has be base on locally resources and export oriented; (c ) needinvestor as prime mover in Gebe Island; (d) optimize of PT ANTAM?s asset; (e) increase institution coordination and program integration.Key words : sustainable development, post mining
EVALUASI PERUBAHAN KUALITAS TANAH PADA LAHAN BEKAS PENAMBANGAN NIKEL DI PULAU GEBE Wibowo, Mardi
Jurnal Rekayasa Lingkungan Vol 4, No 1: Jurnal Rekayasa Lingkungan
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (817.771 KB)

Abstract

Since year 1977 until 2005, PT. ANTAM has been exploited nickel ore resources at Gebe Island ? Center ofHalmahera District ? North Maluku Province. Mining activity, beside give economically advantages also causedegradation of environment quality espicially land quality. Therefore, it need evaluation activity for change ofland quality at Gebe Island after mining activity.From chemical rehabilitation aspect, post mining land and rehabilitation land indacate very lack and lackfertility (base saturated 45,87 ? 99,6%; cation exchange capacity 9,43 ? 12,43%; Organic Carbon 1,12 ?2,31%). From availability of nutrirnt element aspect, post mining land and rehabilitation land indicate verylack and lack fertility (nitrogen 0,1 ? 1,19%). Base on that data, it can be concluded that land reclamationactivity not yet achieve standart condition of chemical land.Key words : land quality, post mining lan
KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN ABIOTIK SEBAGAI TITIK AWAL ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN MARINA BELITUNG Wibowo, Mardi
Jurnal Rekayasa Lingkungan Vol 10, No 2 (2017): Jurnal Rekayasa Lingkungan
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (906.368 KB)

Abstract

Kabupaten Belitung merupakan bagian dari wilayah provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang memiliki objek wisata utama berupa wisata bahari. Kabupaten Belitung telah ditetapkan sebagai salah satu Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) sesuai dengan PP Nomor: 50 Tahun 2011 tentang RIPPARNAS dan ditetapkan sebagai salah satu titik labuh kapal wisata (yacht) dari 18 Pelabuhan di seluruh Indonesia. Oleh karena itu saat ini Pemerintah Kabupaten Belitung merencanakan akan membangun kawasan marina di sekitar Pantai Tanjungpendam. Pembangunan kawasan marina akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan baik positif maupun negatif. Sebagai dasar untuk menganalisis dampak lingkungan suatu kegiatan pembangunan diperlukan kajian rona lingkungan awal di sekitar lokasi rencana pembangunan. Salah satu komponen lingkungan adalah lingkungan abiotik yang meliputi lingkungan geofisik dan kimia seperti kondisi geologi, hidrologi, hidro-oseanografi, iklim, kondisi udara dan lain sebagainya. Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah kompilasi data sekunder, survei lapangan dan analisis data berdasarkan baku mutu lingkungan. Tujuan kajian ini adalah mengetahui rona lingkungan awal aspek biotik sebagai dasar dalam memperkirakan kemungkinan dampak lingkungan yang terjadi serta mengetahui daya dukung lingkungan untuk pengembangan kawasan marina. Berdasarkan hasil kajian ini kondisi lingkungan abiotic (kualitas udara, kualitas air laut, kualitas air sungai) secara umum memenuhi baku mutu lingkungan yang berlaku. Kondisi hidrooseanografi dan daya dukung geologi (struktur geologi, geologi teknik, geomorfologi) sangat mendukung untuk dibangun kawasan marina Belitung. Kata kunci : abiotik, hidro-oseanografi, kawasan marina, baku mutu lingkungan
STRATEGI MITIGASI UNTUK MENGATASI PENYAKIT AKIBAT SANITASI LINGKUNGAN YANG BURUK : PARADIGMA BARU MITIGASI BENCANA Wibowo, Mardi
Jurnal Rekayasa Lingkungan Vol 6, No 3: Jurnal Rekayasa Lingkungan
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (112.531 KB)

Abstract

Indonesia?s disaster potential is very high and varied. Natural conditions, population and cultural diversity in Indonesia cause in increased risks due to natural disasters, man-made disasters and emergencies to be complex, on the other side Indonesia is rich in natural resources. Disaster relief should be directed from pre-disaster phase, during emergency response and post disaster. The initial phase of this effort is the need for understanding of all stakeholders (mainly institutions) about the development of the concept and paradigm change mitigation. By knowing the concept and development of this paradigm is expected that all stakeholders can do things from the smallest to the larger and synergies will occur from all stakeholders to minimize the impact of a disaster. From ancient times until now the concept of a paradigm in disaster management shift very rapidly starting from the conventional to the holistic paradigm. In general, the development paradigm is the conventional paradigm (relief emergency), mitigation paradigm, development paradigm and paradigm of risk reduction. Paradigm that is now growing and effective enough to minimize the risk mitigation is the analogy of mitigation for diseases caused by poor environmental sanitation. The analogy with disease problems mentioned above, there are disasters which can now be viewed in the same perspective, where the current disaster is something that is not predictable and it is destiny or part of the risks of everyday life. The concentration of people and higher population levels worldwide would increase the risk of disasters and multiply the consequences of natural hazards as dangers that arise. However, based on science ?of epidemiology disaster? actually most of these disasters can be prevented or at least many ways to reduce the impact of a disaster (mitigation actions). Like the war against disease, warfare should be fought against disaster by any person jointly and involve society as well as changes in social behavior as well as improvements in individual practices.Keywords : mitigation, disease, environmental sanitation, disaster
KAJIAN KARAKTERISTIK PERAIRAN TELUK SEMARANG UNTUK MENDUKUNG RENCANA PEMBANGUNAN DAM LEPAS PANTAI Wibowo, Mardi
Jurnal Rekayasa Lingkungan Vol 11, No 1 (2018): Jurnal Rekayasa Lingkungan
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2778.481 KB)

Abstract

aat ini pesisir Teluk Semarang mengalami berbagai permasalahan yang sangat kompleks. Permasalahan tersebut adalah rob dan banjir, penurunan muka tanah, dan abrasi pantai. Untuk mengatasi permasalahan tersebut telah banyak konsep diusulkan dan yang paling mengemuka adalah konsep dam lepas pantai dan sabuk/ tanggul pantai sepanjang garis pantai. Untuk merencanakan pembangunan dam lepas pantai ataupun sabuk/ tanggul laut diperlukan data dan informasi terkait kondisi dan karakteristik perairan laut padahal data dan informasi terkait hal tersebut masih sangat terbatas. Oleh karena itu diperlukan survei dan kajian kondisi karaktersitik perairan laut di Teluk Semarang. Metodologi kajian ini adalah dengan mempelajari data hasil penelitian terdahulu, melakukan survey lapangan dan pengambilan sampel sedimen dasar dan sedimen layang serta melakukan analisis di laboratorium. Berdasarkan hasil kajian ini diketahui bahwa kualitas air laut di Semarang secara umum memenuhi baku mutu untuk kegiatan pembangunan pelabuhan, sedangkan untuk kegiatan wisata terdapat beberapa parameter yang melebihi baku mutu terutama yangberada di dekat muara sungai. Kondisi hidro-oseanografi perairan laut di Semarang adalah kecepatan arus kurang 50 cm/dt dengan arah dominan ke barat dan barat daya, kedalaman kawasan kajian mencapai -17 m, tipe pasang surut campuran dominan ke harian ganda. Konsentrasi sedimen melayang di peraiaran laut lepas berkisar 0,028 ? 0,063 gr/l dan di sekitar muara berkisar antara 0,036 ? 0,079 gr/l. Sedimen dasar tergolong pasir halus dengan d50 berkisar antara 0,1 ? 0,23 mm.kata kunci : dam lepas pantai, kualitas air laut, hidrooseanografi